Komunikasi Malam Hari

Menurut Louann Brizendine dalam bukunya ”The Female Brain”, seorang pria maksimal hanya bisa berbicara kurang lebih 7.000 kata perhari. Sedangkan wanita, sanggup berbicara 20.000 kata perhari, hampir tiga kali lipatnya!
Maka bisa dikatakan bahwa setiap pulang kerja pria sudah kehabisan kata-kata alias low batt!. Akhirnya di rumah dia lebih sering mengalihkan waktunya dengan membaca, menonton tivi, atau sekedar tidur-tiduran saja.
Sedangkan apa yang terjadi dengan sang istri? Betul! Ilustrasinya, dia masih mempunyai ”jatah bicara” sebanyak 13.000 kata lagi. Jumlah tersebut setara dengan kesegaran dan semangat bicara seorang pria di pagi hari. Masih sanggup berbicara dengan berapi-api.
Maka disamping ada topik-topik pembicaraan yang memang penting untuk didiskusikan, suami juga akan lebih sering disuguhi berita-berita sepele dari sang istri. Setiap hari, setiap malam. Dia masih kuat dan berapi-api sedangkan para suami sudah hilang selera sejak tadi. Sang suami sudah linglung dan tidak nyambung dengan menjawab ”hah-heh, hah-heh” melulu.
Kita boleh setuju atau tidak terhadap hasil penelitian tersebut. Karena kita bisa menyangkalnya dengan menyodorkan beberapa temuan, bahwa tidak semua suami di malam hari mengalami malas bicara sedangkan sang istri banyak bicara. Justru yang terjadi sebaliknya, sang suami banyak bicara, sedangkan sang istri yang kalem, lemah lembut dan penurut hanya kebagian iya..iya..saja.
Kemungkinan seperti itu ada. Dan tidak sedikit. Apalagi belakangan ada bantahan terhadap pernyataan Brizendine. Bantahan terakhir atas klaim ini dilakukan oleh James Pennebaker dan rekan-rekannya dari University of Texas, Austin. Mereka meneliti 400 mahasiswa di AS dan Meksiko berumur 19-25 tahun, yang selama beberapa hari mengenakan sebuah alat perekam khusus. Setiap 12 menit sekali, alat tersebut aktif secara otomatis dan merekam semua suara selama 30 detik ke depan, menghasilkan sebuah data yang cukup merata. Hasilnya, wanita berbicara sekitar 16215 kata setiap harinya, sementara pria sekitar 15669 kata. Secara statistik, perbedaan ini tidak signifikan.
Tapi barangkali kita juga tak bisa mengelak, fakta mengenai perbedaan kemampuan bicara wanita dan pria yang disampaikan Brizendine, lebih sering sinkronnya dengan pengalaman-pengalaman sebagian besar rumah tangga. Perdebatan sering muncul pada malam hari disebabkan proses komunikasi yang buruk. Istri masih ingin bicara, sedangkan suami sudah mengangkat bendera. Akhirnya sang istri merasa bicaranya tidak dihargai dan diperhatikan. Sedangkan sang suami merasa sangat terganggu oleh live ”warta dunia dalam berita” yang disampaikan istrinya.
Bagaimana menyikapinya?. Supaya kita bisa melakukan proses komunikasi lebih baik dengan pasangan. Agar bisa bersikap lebih arif dan bijaksana. Agar suami menjadi mengerti, dirinya diajak mendengarkan pembicaraan istrinya adalah lebih pada sebuah kebutuhan. Dan sisi yang lain, sang istri menjadi mengerti bahwa suami bersikap seolah-olah cuek bukannya karena aksi tak peduli. Tapi barangkali karena dia sudah kehabisan energi.
Khususon para suami, mari kita mengemas komunikasi dengan istri lebih baik lagi dengan kiat sebagai berikut :

1. Pahami bahwa mereka butuh Anda menjadi seorang pendengar yang baik.
Dalam topik yang dibicarakan oleh istri, sesungguhnya sebagian besar mereka tak membutuhkan solusi. Dia hanya menginginkan kita menjadi orang yang mau mendengarkan ceritanya. Jadi, ketika kondisi mood tidak baik, daripada memaksakan diri memberi solusi tapi justru tercampur emosi, lebih baik menahan diri menjadi pendengar yang baik.

2. Berikan antusiasme saat anda mendengarkan.
Menurut Dr. Akram Ridha dalam bukunya ”Rahasia Keluarga Romantis”, Wanita, cenderung mengikuti pembicaraan suaminya dengan isyarat. Seperti misalnya anggukan kepala, kedipan mata atau gerakan tangan. Celakanya, laki-laki justru sebaliknya. Bahasa tubuh yang diberikan cenderung pasif. Akhirnya kalau tak hati-hati akan terkesan meremehkan. Oleh karena itu tak cukup hanya mendengarkan. Tapi juga perlu menunjukkan antusiasme melalui gerakan atau isyarat.

3. Apabila ada pembicaraan yang secara langsung atau tersirat berisi sindiran terhadap diri Anda, jangan cepat bereaksi.
Ingat, sekali lagi wanita bicara, sadar atau tidak sadar, terkadang karena dia butuh menghabiskan kapasitas bicaranya. Nah, terkadang untuk menghabiskan jatah bicaranya itu, mereka terbawa kepada topik-topik yang menyinggung perasaan suami. Dalam hal ini maka agar suami bisa arif, kembalilah kepada prinsip dasar, bahwa wanita hanya butuh didengar dan tidak benar-benar sedang menyerang.

4. Ciptakan kondisi dimana anda bisa berbicara dengan nyaman.
Suatu ketika, untuk memberikan perhatian yang baik kepada istri, ada baiknya diskusi dilakukan bukan di rumah. Misalnya, mengajak keluarga makan malam di luar. Tapi ingat, sang suami jangan sampai ”penyakitnya” kambuh lagi. Yaitu tidak berminat bicara sehingga yang terjadi cuman acara makan-makan saja.

5. Berikanlah pertanyaan cerdas.
Agar energi anda tidak terkuras habis sedangkan anda sudah benar-benar tak berminat berbicara, maka gunakanlah pertanyaan cerdas, ”MENGAPA”. Ya, dengan pertanyaan ”mengapa” ini otomatis menuntut istri memberikan penjelasan, bukan hanya jawaban pendek ”ya” dan ”tidak”. Bisa dibumbui dengan kata-kata antusiasme seperti ”oh ya?”(takjub), ”oh, begitu ya” (mendalami), ”terus gimana?” (antusias). Nah, barangkali kalau istri sudah banyak menjelaskan sana-sini, ”jatah” bicaranya makin menipis. Ehm, Diapun puas. Lantas Andapun bisa segera tidur pulas.

WAllohu A’lam Bisshowab..
(www.nurulhayat.org)
.

0 komentar:

Posting Komentar